Tingkatkan Kesejahteraan Petani dengan SRG Grobogan

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta- Kabupaten Grobogan menjadi daerah produksi padi tertinggi di Jawa Tengah. Kabupaten ini merupakan daerah lumbung pangan di Provinsi Jawa Tengah, dengan produksi padi rata-rata 700.000 ton/tahun. 

Namun saat panen raya dijumpai permasalahan, dimana petani selalu dihadapkan pada turunnya harga gabah sehingga tidak menguntungkan di kalangan petani. Kondisi tersebut mengakibatkan banyaknya pedagang dari luar daerah atau tengkulak yang datang dengan berbagai cara merayu petani untuk menjual padinya secara tebasan. 

Adanya tengkulak juga berdampak pada kestabilan harga di tingkat petani yang tidak terjaga dengan baik karena hasil panen selalu habis dan dibawa ke luar daerah. Melihat kondisi tersebut Kementerian Perdagangan pada tahun 2010 memberikan bantuan gudang untuk Sistem Resi Gudang (SRG). Namun demikian, perkembangannya dari tahun 2010-2017 relatif stagnan, hanya sedikit petani yang memanfaatkan SRG ini. 

“Salah satu upaya pemerintah Kabupaten Grobogan untuk mengatasi permasalahan tersebut pada tahun 2017 adalah memodifikasi implementasi SRG yang disesuaikan dengan kondisi riil di Kabupaten Grobogan, yaitu implementasi 3 pilar dalam menjalankan SRG yakni sosial, bisnis, dan edukasi,” kata Bupati Grobogan Sri Sumarni, dalam kegiatan Presentasi dan Wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tahun 200, belum lama ini. 

Dijelaskan bahwa SRG merupakan instrumen perdagangan maupun keuangan yang memungkinkan komoditas yang disimpan dalam gudang memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan dengan jaminan resi, sehingga dapat meningkatkan kredit/pembiayaan kepada petani, kelompok tani (poktan), gabungan kelompok tani (gapoktan), koperasi dan pelaku UMKM. SRG memberikan manfaat kepada petani yaitu petani sebagai penentu harga, karena petani dapat mengatur kapan menjual hasil panennya.

Dalam konsep pembaruan SRG melalui tiga pilar, pada aspek sosial pihaknya memfasilitasi kemudahan pelayanan pengangkutan komoditas dengan armada yang ada (jemput bola), kemudian memfasilitasi pelayanan kemudahan uji mutu. Lebih dari itu pengembangan pola kemitraan dengan petani dengan kemudahan menyediakan saprotan dengan sistem bayar panan atau yarnen, serta pemberian insentif sebagai mitra kepada petani. 

Sementara pada pilar bisnis dijalankan oleh pengelola gudang SRG (KSU Sarana Hidup sejahtera) yang mampu memfasilitasi kemudahan pelayanan hasil panen yang sudah diresikan bisa langsung dijual di pasar lelang online pada saat kenaikan harga atau di jual dalam bentuk yang lain seperti beras. 

“Saat ini SRG memproduksi beras dengan nama “Srikandi Gobogan“ dimana pangsa pasar sudah mencakup Jawa Tengah dan wilayah lain. Selain itu sudah dilakukan kerja sama dalam penyediaan beras Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan juga kemitraan dengan PT MBN (Mitra Bumdes Nusantara) sebagai standby buyer dalam hal penanganan produksi dan pemasaran,” jelasnya. 

Selanjutnya dalam sektor edukasi, dikatakan jika sistem tersebut mengedukasi petani agar berperan aktif dalam pemberdayaan Poktan, Gapoktan maupun koperasi. Untuk itu, pendampingan petani menjadi hal yang sangat diperhatikan sehingga muncul petani-petani pionir yang berpartisipasi dalam SRG. Publik dapat memperoleh informasi dan mendapatkan edukasi secara langsung dari petugas/pengelola terlatih. Perubahan mindset petani untuk melakukan tunda jual ketika panen raya melalui pemanfaatan SRG merupakan ukuran keberhasilan dari implementasi sistem ini.

Dalam kurun waktu tahun 2018 sampai Juni 2020 tercatat ada 740 petani yang berpartisipasi, berbanding jauh dari sebelumnya di tahun 2010 hungga 2017 yang hanya terdapat 52 petani. SRG melakukan edukasi terhadap ratusan petani, poktan, gapoktan dan koperasi dengan motto Sistem Untuk Memperjuangkan Harga Komoditas Petani (Surga Petani), dimana sejak diimplementasikan pada tahun 2018 hingga kini telah dicapai hasil yang signifikan, yakni para petani mendapatkan harga yang lebih tinggi dari harga pasar. 

Pada tahun 2019, SRG Grobogan mendapat penghargaan dari Kementrian Perdagangan RI sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia dan menjadi benchmarking bimbingan teknis penyuluh/pengelola SRG se-Indonesia. Disisi lain SRG Grobogan menjadikan pemodal akan mendapatkan keuntungan, pengembangan usaha, cadangan pangan daerah (buffer stock) dan kestabilan harga terjaga. 

“SRG Grobogan juga telah mengedukasi tujuh kabupaten lain yaitu Kebumen, Pemalang, Pekalongan, Demak, Jepara, Kudus, dan Blora. Modifikasi SRG Grobogan juga di replikasi oleh Koperasi Lumbung Pangan Sejahtera dan UD. Sujinah Grobogan,” pungkasnya. (p/ab)